Breaking News

Facebook dan Menurunnya Daya Menulis

Facebook dan Menurunnya Daya Menulis : Perkembangan facebook begitu cepat di Indonesia sehingga menempatkan Indonesia menempati urutan ke tiga pengguna facebook di dunia. Posisi pengguna facebook di Indonesia berada di bawah Amerika Serikat dan Turki. Perkembangan ini tentu memiliki dampak yang positif maupun negatif. Tinggal sejauh mana pengguna jejaring sosial tersebut mampu menyaring penggunaannya.
Facebook dan Menurunnya Daya Menulis

Penggunaan facebook memang dinamis, ia tidak kaku untuk pembahasan tertentu tetapi juga luas dan menyentuh hal yang privasi dari sang pengguna. Hal yang kecil sekalipun bisa menjadi pemberitaan yang luas. Pengguna facebook adalah sumber berita, penyampai berita dan tokoh yang diberitakan.



Meluasnya penggunaan facebook telah menyentuh kalangan pedesaan, masyarakat desa sekarang sudah banyak yang melek internet. Faktor ini tentu berita baik, sebab facebook memberikan sarana yang mendidik bagi semua kalangan untuk berkomentar tentang apa yang ia pikirkan, rasakan dan lihat. Ketika membicarakan pendapat tentang pemberitaan di media beragam komentar pun muncul.

Tentu ini berdampak baik menurut saya, sebab masyarakat terdidik untuk berani mengutarakan pendapatnya yang selama ini mungkin terbungkam tanpa kata. Dan kata-kata itu pun bermunculan mengikuti irama hati mereka. Dengan bermodal ponsel yang bisa digunakan untuk berinternet mereka dapat berselancar sesukanya.
Tetapi ada juga hal yang penting menjadi tidak penting. Karena justru pembahasan yang berat-berat banyak yang di abaikan. Justru hal yang remeh-remeh menjadi pembahasan yang menarik, mungkin saja mereka menggunakan facebook sebagai sarana yang menghibur dan itu memberikan kepuasan tersendiri. Toh juga tidak ada aturan dalam facebook bahwa dilarang untuk membicarakan hal yang remeh temeh kecuali mengarah kepada SARA.

Maraknya internet diimbangi pula dengan maraknya perkembangan jejaring sosial, media massa online, game dan tentu saja perkembangan bisnis internet. Simbiosis mutalisme ini menjadi fenomena yang menarik di abad 21. Siapa sangka perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat telah menegaskan revolusi informasi kesemua kalangan. Dan semakin meyakinkan bahwa siapa yang tidak menguasai informasi akan semakin ketinggalan.

Berbicara masalah informasi tentu tidak dapat dipisahkan dari budaya baca dan tulis menulis disamping media audio visual yang mengedepankan keahlian dalam olah bicara. Budaya baca dan tulis menulis menjadi agenda penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya-upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut tertuang dalam UUD’45, yang berarti bahwa upaya tersebut merupakan cita-cita bangsa ini dalam mengisi kemerdekaannya.

Berangkat dari hal tersebut saya melihat bahwa budaya menulis di komunitas jejaring sosial telah terjadi peningkatan. Terutama mereka menuliskan apa yang hendak mereka tuliskan. Bukankah seringkali kita dengar dalam pembelajaran menulis yang pertama kali di anjurkan adalah menuliskan apapun itu yang ingin kita tuliskan. Dan facebook menawarkan hal tersebut kepada penggunanya. Di beranda dapat kita lihat sebuah kolom yang diatasnya berisi kalimat: Apa yang anda pikirkan?

Tentu pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang jenius. Karena setiap saat, setiap waktu dan ditempat manapun didalam kondisi sadar sesorang selalu berpikir tentang banyak hal. Banyak hal yang berkecamuk dan berontak didalam pikirannya. Tetapi pikiran-pikiran tersebut hanyalah pikiran yang tersimpan oleh diri sendiri jika tak diungkapkan. Dan lucunyga ketika di tanya apa yang dipikirkan, justru sebaliknya apa yang dipikirkan tersebut menjadi buyar dan justru apa yang dipikirkan pada saat itu adalah pertanyaan apa yang sedang dipikirkan itu sendiri.

Saya memiliki beberapa teman yang justru bingung hendak menulis apa di status facebooknya. Tetapi lambat laun ia bisa menuliskan walau hanya menulis ”OTW to Tanjung Karang”, ”Semangat....!!!” atau ”Sedang Makan di Warung Padang”. Nah inilah yang saya maksud dengan kemajuan dalam menulis akhir-akhir ini, mereka mempublikasikan tulisan mereka walau hanya satu kata, kalimat, paragraf di status-status dinding mereka. Pembelajaran yang sangat bijaksana, dengan bermodal jejaring sosial mereka menulis satu kata tapi bisa dinikmati oleh pembaca.

Tetapi dalam hal lainnya, justru yang singkat-singkat tersebut yang lebih diminati. Tak ubahnya komentar-komentar yang ditulis tersebut seperti SMS yang menceritakan keadaan-keadaan yang mereka alami kesahariannya. Bedanya banyak orang yang tau isi dari pesan itu dan semua teman bisa berkomentar dengannya. Atau jika kita lihat di facebook, banyaknya status-status di dinding lebih diminati dibandingkan dengan catatan/notes dan fasilitas lainnya.

Jika dihitung kapasitasnya status-status tersebut memuat satu paragraf catatan, berbeda dengan catatan yang dapat menampung lebih dari 6000 karakter. Membuat catatan yang berupa artikel yang panjang memang membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Setidaknya banyak hal yang harus disampaikan, jadi daya menulis di facebook lebih kepada inti yang akan disampaikan atau to the point. Singkatnya jumlah karakter untuk menulis status di facebook (max. 162 karkater) itu sama kapasitasnya dengan 1 lembar SMS yang dikirim.

Kondisi ini dapat membuat terlena karena dengan waktu yang tidak begitu lama apa yang diungkapkan dapat dikomentar oleh yang lainnya. Dan terjadilah perbincangan yang beragam. Tentu berbeda dengan blog, setidaknya blog memiliki kelemahan-kelemahan yang cukup banyak jika dibandingkan dengan facebook. Dengan membuka beranda di facebook, para facebooker sudah terhubung dengan facebooker lainnya dan dapat menikmati komunikasi langsung baik untuk berkomentar di catatan, status, foto tautan dan bahkan bisa chatting dengan para sahabat. Selain itu media game online di facebook juga semakin menyemarakkan suasana.

Budaya menulis setidaknya telah menjadi hak setiap manusia. Facebooker memiliki peluang tersebut, rata-rata para facebooker bisa menghabiskan waktu yang lama untuk berselancar di jejaring sosial ini. Mereka bisa menuliskan apa saja yang mereka rasa itu penting dan berhak untuk di publikasikan. Semakin semaraknya facebook telah menggerus keberadaan blog.

Banyak keluhan para blogger yang merasa bahwa dunia blog sekarang sudah banyak ditinggalkan dan beralih kegemaran baru. Mereka lebih asyik menikmati fasilitas di facebook ketimbang bermain di blog atau membaca artikel-artikel penting di blog merupakan hal yang membosankan dan lebih mengasikkan bercengkrama dengan teman-teman facebooker lainnya.

Facebook memiliki budaya menulis bagi semua kalangan, tetapi saya menilai bahwa daya menulis facebooker sangatlah kecil. Karena tidak adanya analisis yang tajam dan banyaknya hal-hal penting yang terlewatkan untuk disampaikan. Karena sempitnya ruang penyampaian status di dinding justru lebih mengasikkan dibandingkan dengan luasnya catatan yang tersedia.

Dengan terlenanya menulis cukup satu paragraf di ruang yang kecil namun dapat dinikmati oleh siapa saja tersebut, kegiatan menulis menjadi kegiatan yang kurang dapat dinikmati. Sebab tak ada jaminan tulisan yang panjang lebar memiliki manfaat yang lebih berguna di bandingkan dengan status-status yang bertebaran tersebut. Setidaknya informasi yang disampaikan kepada pembaca telah mengena kepada sasaran dan terserah kepada mereka untuk setuju atau tidak dengan pendapat yang disampaikan. Kalau suka bisa di berikan jempolnya, kalau tidak setuju bisa komentar dengan pendapatnya.

Baca Juga : Potensi Blog Untuk Generasi Muda dan Tantangannya