Breaking News

Akan Kemana Pariwisata Lampung?

Akan Kemana Pariwisata Lampung? : Pada hari kamis, tanggal 29 oktober 2009 saya diminta oleh kawan-kawan dari BEM FE Unila untuk menjadi pembicara pada acara ” Diskusi Taman Fakultas Ekonomi ” dengan tema : ” Budaya dan Pariwisata Sebagai Penopang Utama PAD Lampung? ”. Selain saya yang diminta pada hari itu untuk menjadi pembicara adalah bapak Fajar Isnawan selaku perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Parwisata, yakni Kepala Bidang Promosi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung.

Akan Kemana Pariwisata Lampung?
Foto Ilustrasi; Dermaga Bom, Lampung Selatan
Konteks pembicaraan tentang kepariwisataan ini mengetengahkan bahwa dengan potensi yang melimpah ruah tentang objek pariwisata di Lampung. Dengan potensi yang ada tersebut Lampung masih belum mampu menjadikan sektor pariwisata menjadi sektor andalan dalam mengembangkan perekonomiannnya.

Dengan diterapakannya otonomi daerah, maka daerah sebagai pemangku wilayah otonom yang dimilikinya, mempunyai otoritas untuk mengembangkan potensi-potensi pendapatan daerah. Atau dengan tegas dikatakan bahwa daerah harus mandiri dalam hal mencari sumber-sumber pendapatan daerah. Sebagaimana diketahui bahwa anggaran pendapatan daerah terdiri dari : PAD (Pendapatan Asli Daerah), Bagian Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang sah.

Potensi pariwisata di Lampung memang banyak dan membutuhkan sentuhan pengembangannya. Artinya prospek yang ada tidak digunakan sebagai kekuatan untuk menjadikan Lampung sebagai tujuan utama kunjungan wisata. Selama ini pihak yang terkait begitu bersemangat dalam mempromosikan kebudayaan dan kepariwisataan di Lampung. Tetapi tidak diimbangi pula dengan upaya perbaikan di sektor tersebut.

Upaya perbaikan yang dimaksudkan disini adalah tidak sesuainya antara isi promosi dengan kenyataan. Beragam sarana promosi kepariwisataan menggambarkan beragam objek wisata dengan kelebihan-kelebihannya yang memukau, seolah-olah objek tersebut adalah objek wisata yang sangat unggul dan sangat sayang jika dilewatkan. Tetapi pada kenyataannya atau pada kondisi yang sebenarnya tentang objek wisata yang dipromosikan adalah berbanding terbalik.

Ini sangat disayangkan, sebab apa yang telah terframe terhadap masyarakat yang membaca sarana promosi yang diberikan akan terekam didalam benak mereka. Pada saatnya nanti mereka membuktikan antara isi promosi dengan kenyataannya. Dan ternyata isi promosi tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, akhirnya para pengunjung tersebut kecewa.

Inilah yang saya maksud harus ada sinkronisasi antara apa yang dibicarakan didalam sarana promosi wisata dengan kenyataannya objek wisata tersebut. Karena dunia kepariwisataan adalah dunia yang melayani para turis baik turis domestik maupun mancanegara. Jika pelayanannya tidak memusakan maka jangankan mereka untuk kembali lagi menikmati indahnya objek pariwisata yang ada, dengan mendengarnya saja mungkin akan memberikan kesan yang buruk bagi para turis.

Karena sarana promosi yang ampuh justru adalah rekomendasi dari para pengunjung sebelumnya. Para pengunjung yang pernah singgah di salah satu objek wisata akan bercerita tentang indahnya objek wisata yang dikunjunginya kepada teman-teman dan sanak sudaranya. Mendengar dari pengalaman sang penyampai berita tersebut maka mereka akan membuktikan tentang keindahan objek wisata yang diceritakan.

Dalam skala kecil pengembangan objek wisata lampung memang sangat miris terutama dalam hal pemeliharaan. Pemeliharaan terhadap objek wisata yang serampangan dengan tidak memperhatikan kebersihan lingkungan wisata, sanitasi, dan pelayanan yang prima bagi para pengunjung memberikan kesan buruk bagi pengembangan wisata lampung. Potensi objek wisata yang begitu besar jika tidak dibangun dengan baik akan berujung kepada kesia-siaan.

Keterkaitan antara kebudayaan dan kepariwisataan terhadap besarnya sumbangan yang diberikan kepada Pendapatan Asli Daerah memang masih jauh dari yang diharapkan. Artinya dapat dikatakan bahwa selama ini dana APBD yang digunakan dalam mempromosikan kepariwisataan lampung sangat tidak seimbang dengan besarnya pendapatan yang diperoleh. Kecilnya sumbangan sektor pariwisata terhadap PAD mengindikasikan kurang potensinya sektor pariwisata untuk menjadi sektor unggulan dalam mencari sumber PAD Lampung.

Dari sembilan sektor pembentuk PDRB, maka pariwisata masuk kedalam Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Dari perhitungan PDRB Kabupaten/Kota yang ada maka dapat dilihat bahwa daerah-daerah yang memiliki sektor basis pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Daerah tersebut adalah Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara, Kota Metro dan Kabupaten Tulang Bawang.

Dari kelima daerah tersebut yang memiliki potensi kepariwisataan adalah Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Lampung Barat. Karena jika dilihat dari potensi yang lain maka besarnya kunjungan Hotel dan Restoran yang ada bukanlah faktor langsung dari adanya wisata tetapi memang kunjungan tersebut adalah kunjungan bisnis. Tetapi dari sudut pandang dunia kepariwisataan, kunjungan bisnis juga termasuk sebagai upaya pengembangan industri keparwisataan didalamnya.

Dalam beragam pemberitaan dimedia dikatakan bahwa dengan adanya Festival Krakatau yang lalu justru tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah hunian hotel pada saat even tersebut dilaksanakan. Dengan even yang begitu besar dan dana yang dikeluarkan tidak sedikit maka Provinsi Lampung belum mampu untuk menarik wisatawan untuk hadir dalam menikmati pesta tahunan tersebut.

Hal ini bagi saya sangat lumrah, sebab sektor pariwisata belum menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat domestik. Mungkin untuk sebagian masyarakat Kota Bandar Lampung yang lebih maju dibanding daerah lainnya, tujuan wisata menjadi kebutuhan untuk mengisi liburan mereka diakhir pekan dan liburan-liburan lainnya. Bagi masyarakat pedesaan apalah artinya akhir pekan, yang menjadi liburan bagi mereka adalah perayaan hari-hari besar keagamaan, itulah arti liburan yang sesungguhnya bagi mereka.

Dengan demikian maka pengembangan industri pariwisata di Lampung harus mengacu pula kepada siapa yang menjadi targetnya. Pengembangan industri pariwisata memiliki dampak yang luas bagi pengembangan industri-industri lainnya. Tinggal bagaimana pengelolaan tersebut berjalan sesuai dengan rencana. Jangan sampai pengembangan pariwisata dilampung hanya sebatas seremoni belaka, namun tidak ada follow up yang berkesinambungan. Karena yang lebih penting dari even tersebut adalah follow up yang terencana dan terus menerus.